Senin, 22 Desember 2008

My Jiffest Experience Part 3-tamat

(Previously on My Jiffest Experience [Part 2])
Gw akhirnya udah menonton dua film, yaitu Quicky Express dan Achilles and The Tortoise, dan sangat menikmatinya. Nah, setelah menonton kedua film itu, film apakah yang gw tonton berikutnya? Dan apakah ada hal lain yang ingin disampaikan Mikhael dari pagelaran Jiffest ini??

FYI:
There’s NO MOVIE SPOILED MATERIAL in this note. Believe me..!!!


KETIKA ISTILAH “BELI KUCING DALAM KARUNG”
BERUBAH JADI
“BELI BERLIAN DALAM KARUNG”
(Part 3-Tamat)


“Mbak, Hotdog nya satu dong” kata gw pada penjual hotdog, lalu si penjual hotDOG bertanya balik “Golden Retriever atau Bulldog??” sebuah lamunan itu menyadarkan gw dari ke-ngantukan yang luar biasa, tentunya si tukang hotdog gak mungkin lah, menanyakan hotdog gw, Golden retriever or bulldog, hehehe. dia emang nanya,tapi dia nanya ini: gw hotdog nya mau pedas apa gak pedas?? Lalu gw jawab “Pudel!!” hehehe. Tetep…

Hotdog di bioskop 21 itu, menurut gw pribadi adalah salah satu hotdog terenak yang dijual di Indonesia, dalam arti untuk ukuran hotdog yang berharga tidak terlalu mahal, hotdog di bioskop 21 itu merupakan hotdog yang enak lo. Itu juga yang membuat gw memilih makan hotdog sebagai partner gw untuk menonton film berikutnya yaitu: Khuda Kay Liye. Maklum bos..filmnya diputar jam 19.15 yang notabene bertepatan dengan jam makan malam.

Waktu menunjukan pukul 19.05 waktu gw berjalan dari booth penjual hotdog menuju studio 4 bioskop Fx, suasana cukup berbeda terlihat saat gw menuju ke studio itu, perbedaan itu adalah biasanya di 10 menit sebelum film diputar biasanya, udah terdapat antrian panjang di depan pintu studio, kalo ini kok gak ada ya? Padahal setahu gw tiket film ini sold out lo. Lalu gw mencoba mengatasi kebingungan gw dengan mencoba menanyakan hal ini pada salah satu panitia di Jiffest ini, yang juga adalah temen kampz gw, ternyata kata dia studio dibuka lebih cepat, karena sutradara film ini Mr. Shoaib Mansoor special hadir ikut menonton film ini, dan akan memberikan kata pembuka sebelum film dimulai, dan juga akan diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari penonton setelah film usai.

Benar saja, pas gw masuk gw liat tempat duduk sudah hampir terisi penuh. Dan di depan bioskop terlihat seorang pria berwajah tamil (gw mau bilang pria ini berwajah India, tapi setelah gw nonton Khuda Kay Liye gw jadi tau kalo orang Pakistan bete kalo dibilang India-red). Pria ini seperti sedang memperkenalkan film karyanya dan mempresentasikannya. Dan inget dengan si cowok kemayu yang jadi mc kan, setelah Mr. Mansoor (begitu dia minta dipanggil-red) mempresentasikan filmnya, si mc kemayu mengambil mik dan mengingatkan pada penonton begini: “mohon pada para penonton setelah film selesai jangan beranjak dari kursi karena akan diadakan sesi tanya jawab dengan saya (lalu seisi bioskop muntah..hahaha), yg sebenarnya dia katakan bahwa setelah film selesai akan ada tanya jawab dengan Mr. Mansoor..”, si kemayu meninggalkan Mr.Mansoor dengan tatapan genit pada Mr. Mansoor, dan gw yakin dalam hati dia berkata gini “Uuuhh.. orang Pakistan, pasti GEDE deh…”hahaha

Telatnya gw datang ke studio, membuat gw duduk di 3 barisan dari depan bioskop, tepatnya di sisi kanan bioskop,. Di sebelah kanan gw terdapat pasangan yang sudah duduk disamping gw. Saat film sudah mau mulai, gw keluarkan lah hotdog tercinta gw, lalu sontak si cewek sebelah gw ngomong ama cowoknya, “aduh, gw jadi pengen hotdog juga deh, babe”, setelah gw mendengar itu, gw langsung menutup hotdog gw, seperti anak SD yang menutup ulangan nya biar gak dicontek, karena takut diminta (hahaha, pede bgt gw…), akhirnya film Khuda Kay Liye mulai diputar, buat informasi Khuda Kay Liye ini bukan sebuah kata2 untuk menjawab pertanyaan ini ya “Hewan apa yang buat narik delman?” jawabnya “Khuda KayLi Ye..yuukk..”. bukan itu yang pasti, jadi film itu tentang (Tenang, gw inget janji gw untuk tidak spoiled!!) film itu dalam bahasa inggris berarti “In The Name Of God”, jadi film ini berhubungan dengan kisah terorisme, Islam garis keras, Amerika, Moeslim Society and sort of that lah, you know what im saying kan.., tapi semua hal itu dilihat dari sisi dunia Islam, dan dunia Islam disini diwakili oleh Bangsa Pakistan. Dan kisah orang Pakistan ini diwakili oleh 3 tokoh central, 2 laki-laki kakak beradik, dan seorang wanita Pakistan modern.

Gw gak mau banyak cerita, tapi film ini temanya mirip beberapa film Hollywood mengenai terorisme seperti: The Kingdom of Heaven nya Jamie Foxx, Body of Lies nya Leonardo di Caprio dan Lion of the Lambs nya Tom Cruise.. tapi ya dilihat dari sisi dunia Islam. Film ini seru banget gw sangat menikmati nya, dan gw belajar banyak hal, karena gw tadinya gak tau sama sekali tentang Pakistan, selain fakta bahwa Pakistan selalu berseteru dengan India. Seperti kata Filsuf Yunani Aristhoteles, berkata “Orang yang paling banyak ilmu adalah orang yang justru tidak tahu apa-apa..”

Gw sangat senang sekali dengan endingnya film ini, terutama cara salah satu wanita yang jadi tokoh central, dalam mengakhiri masalahnya. Yaitu berusaha berbuat sesuatu agar hal yang dia alami tidak dialami oleh orang-orang lainnya, tapi tidak dengan berbuat hal negative untuk membalas perlakuan orang-orang itu, tapi berusaha membangun orang-orang komunitasnya agar menjadi orang yang lebih baik dan berusaha mengubah semua hal buruk yang ada di dunia ini, dari DALAM. Yaitu dengan Pendidikan..(apa yang dia lakukan..ada lah..coba tonton saja…), gw saat melihat hal tersebut jadi ingat salah satu perbincangan di serial House begini:
Dr. House: “Bagaimana cara mu, untuk mengatasi masalah mu?”
Pasien: “waktu akan menghilangkan masalah itu”
Dr.House: “Itu istilah lama..yang benar adalah BERBUAT SESUATU akan mengatasi masalah, karena jika kau tidak berbuat sesuatu masalah itu akan selalu ada..”
(tentunya perbincangan ini dalam bahasa inggris)

Sungguh film yang menarik dangan isi dan pesan yang sangat indah, walau jujur dari segi teknik pembuatan, film ini atau Mr.Mansoor masih perlu sedikit belajar dari saudara tua mereka yaitu India, khususnya film2 Bollywood. Nah, tapi ada satu hal yang gw sesalkan dari pemutaran film ini, bukan karena isi film nya, melainkan dari pihak Jiffest itu sendiri, jadi gini di jadwal tertera film ini hanya 100 menit, bahkan di jadwal sendiri tertera bahwa film berikutnya di studio yang sama akan dimulai pukul 21.45, yang berarti logikanya berarti setidaknya film ini selesainya jam 21.45 lah ya. Tapi pada kenyataannya film ini berjalan sekitar 170 menit dan film ini baru selesai kira-kira pukul 22.30 malam!!

3 hal yang gw sesalkan dari kejadian itu, hal itu antara lain:
1. Gw harus membatalkan rencana nonton film gw yang ketiga (Reprise-red), karena males aja, dikarenakan keterlambatan film sebelumnya, maka film ini baru dimulai sekitar pukul 22.45, jadi kemungkinan film selesai pukul 1 malam, hal ini tidak bisa gw tolerir, karena terlalu malam, kasian teman2 gw yang cewek yang pulang jadi terlalu malam.

2. Panitia Jiffest berbohong!! Hal ini sangat disesalkan, gw gak yakin mereka gak tahu durasi film ini, tapi kenapa mereka mesti menulis di jadwal film ke-3 itu dimulai pukul 21.45,walau kenyataannya film ke 2 saja baru selesai pukul 22.30? apakah karena mereka pikir yang penting tiket terbeli aja dulu? gak ngerti deh..tapi sangat disesalkan karena dalam prinsip marketing event yang gw tau ada 3 hal penting.. :
a. Usahakan menarik pelanggan sebanyak-banyaknya
b. Jika ingin mengadakan acara yang mengundang banyak orang, usahakan buat acara yang akan mendatangkan banyak wanita, karena jika tempat itu dipenuhi banyak wanita, pasti banyak pria akan datang ke tempat itu. Teori ini sangat lah mujarab kecuali di satu tempat, yang mengundang banyak wanita, tapi tidak akan dikunjungi laki-laki yaitu: PENGAJIAN IBU-IBU
c. Jangan mengecewakan pelanggan, bahkan sekecil apapun!! Dan sayang sekali kebohongan panitia ini cukup mengecewakan gw..

3. inget kan, tadi di awal sebelum menonton film Mr. Mansoor akan mengadakan sesi tanya jawab tentang film nya, akhirnya hal tersebut jadi terdapat sedikit hal yang kurang mengenakkan, karena setelah film selesai jadi banyak penonton yang langsung meninggalkan bioskop, walau gw yakin mereka menyukai film ini dan pasti tau kalau setelah film selesai akan diadakan tanya jawab tentang film Khuda Kay Liye ini. Ada 3 hal yang gw soroti dari kejadian itu,

a. gw jujur jadi gak enak dengan Mr. Mansoor, yang udah jauh-jauh datang dari Pakistan naik permadani, tapi dia melihat banyak orang yang pulang setelah film nya selesai ditonton, padahal orang-orang itu sudah dikatakan mau tanya jawab dengannya setelah film usai. Gw takut dia tersinggung aja. Kira-kira dia orangnya sensi gak ya? Pokonya kalo dia sensi jangan diajak main galasin..!!

b. budaya menonton film dan membahasnya belum menjadi suatu hal yang umum di Indonesia, ada kecenderungan (menurut gw) efek komunikasi orang Indonesia setelah menonton film itu hanya sampai efek Afektif saja, yaitu merasa senang, tidak senang, sedih, seram, benci sama film itu,dll. Tapi efek komunikasi film itu tidak sampai ke efek kognitif (penambahan ilmu or belajar mengenai suatu hal baru dari film) dan efek konatif (perubahan perilaku). Itulah mengapa di Indonesia, (sekali lagi menurut gw) film horror dan film komedi esek-esek sangat disukai, karena mereka menilai film hanya dari unsur afeksi yang mereka dapat, lihat aja rata-rata orang Indonesia (mungkin termasuk gw) kalo ditanya, gmn film nya? Jawabnya: “lucu banget, bodyguard nya ternyata bencong”, “Serem banget!! Masak setannya matinya ketabrak delman”, or “seru banget lo, jagoannya masak gak mati walau jatoh dari lantai 22”, jarang banget orang Indonesia yang kalo ditanya tentang film menjawab begini “gila, film nya bagus banget, mulai besok gw akan lebih akrab ama anak gw, biar dia gak kayak di film itu” or menjawab begini “Gila ya acting si Merryl Streep kok bisa beda banget ya ama film sebelumnya” or menjawab begini “menurut gw gak cocok deh adegan A sama kenyataan di kota C, payah nih risetnya”. jadi gw rasa hal itu salah satu yang membuat banyak penonton pulang saat mau tanya jawab film, mereka menganggap acara tanya jawab itu boring, gak penting atau bukan suatu hal yang mereka mengerti. Sayang banget. Mungkin itu juga alasan banyak orang berkata “wong nonton mau ngelepas pikiran, kok jadi mau nonton aja disuruh mikir”

c. Jelas pulangnya penonton2 itu, karena keterlambatan film ini, bayangin aja, saat film selesai udah malem, yah..orang milih buru2 pulang biar cepat bisa ambil mobilnya di parkiran or se-simpel menghindari antri di toilet. Dan satu hal lagi menurut gw, sebaiknya panitia kalo mau membuat film yang ada tanya jawabnya gitu, jangan pada film yang selesainya malam, yah..kalo bisa yang selesainya jam 7 malam lah, jadi penonton pun tidak terburu-buru pulang.

tapi diluar dari pada itu, seharusnya org2 menahan diri sebentar lah pas tanya jawab diadakan, mungkin bukan untuk bertanya tapi paling nggak menghormati tamu yg udah jauh2 datang dari Pakistan dengan ikut sebntar di acara tanya jawab itu, jadi paling nggak kan image bangsa kita sebagai negara yang ramah dan penuh sopan santun terjaga. ingat kan teka-teki ini: SOP apa yang disukai calon mertua? jawabannya: SOPan Santun.. jadi jagalah sopan santun, ingat juga kan ama tekateki ini, "kenapa di laut banyak ikan?" jawabannya: karena di laut gak ada kucing!! gak nyambung ya?? bodo amat!!hahaha

Akhirnya setelah gw nonton Khuda Kay Liye, gw langsung bergegas pulang, sambil menyesali kenyataan gw sudah membuang duit 20ribu untuk satu film yang gw gak jadi tonton, walau tiket nya udah gw beli. Hal itu membuat gw mempunyai pertanyaan “Lebih rugi mana; udah beli tiket mahal2 tapi malah menonton film yang jelek banget or udah beli tiket dan tau film itu bagus, tapi akhirnya batal nonton?” sampai sekarang gw gak tau jawaban pertanyaan itu…

Hari ini adalah hari selasa, or satu hari setelah hari senin dan 1 hari sebelum hari rabu (ya iya lah), hari ini gw dari kampus mau langsung, menuju Fx untuk menonton 1 film yang tiket nya udah gw beli kemaren, film itu adalah “Shine a Light”, film ini tentang documenter musical dari band legendaries “The Rolling Stones”, terbayang kan kerennya!!

Tibalah gw di bioskop, dan melihat banyak orang-orang film berkumpul, seperti Riri Riza, Salman Aristo dan Mathias Muchuz (jujur aja gw melihat dengan mata kepala gw sendiri, di hari itu dia membeli 3 kali popcorn, 2 untuk di cemil (cemilan) dan satu lagi dibawa buat sambil nonton, Popcorn Guy sejati, dia gak tau apa ya menurut riset dari Departemen Sosial (hubungannya apa??), terlalu banyak makan popcorn dapat mengakibatkan hal yang sangat serius yaitu…HAUS!!hahaha). wah, kalo kali ini walau film baru dimulai 15 menit lagi tapi antrian sudah terlihat. Akhirnya gw pun melu.

Gw lumayan didepan saat antri, gw jadi berhasil mendapat kursi nonton di bagian belakang. Seperti biasa saat sebelum nonton si MC kemayu kembali membuka acara, kali ini ada hal lucu saat dia menyebutkan nama sutradara, jadi Film documenter “Shine a Light” ini di sutradarai oleh Martin Scorcese, nah si kemayu ini pada saat menyebut nama Martin Scorcese itu begini “film ini disutradarai oleh Martin Scor(Tze-Tze)..” hahaha..eh lo kira lalet!!

Jadi film “Shine a Light” ini tentang dokumentasi musik dari konser Rolling Stones di Amerika, yang diselipi beberapa footage dari rekaman wawancara mereka di masa lalu (jaman dulu-red). Cukup menarik, dan dari film ini, gw melihat bahwa Mick Jagger itu emang rockstar abis ya, kayaknya mau ngapain aja itu terlihat keren aja. Gokil. Begitu juga personil band lainnya. Gw ngeliat banget, waktu Christina Aguilera dipeluk dari belakang sama si jagger itu terlihat, Christina kayak enjoy aja, karena gw yakin dia comfort aja gitu, gokil emang si Mick..keren. yang jadi perhatian saat gw nonton film ini adalah penonton nya, menurut gw kalo lo gak begitu suka rolling stones or gak tau lagu2nya, mending lo gak usah nonton ni film dah, karena kelihatan, banyak penonton yang pulang di tengah2 film karena kebosanan, bahkan Riri Riza pun menghilang dari bangkunya di tengah2 film. Gw gak tau sih penyebabnya apa. Gw jujur juga agak bosan, karena ini film sekilas jadi kayak DVD Live Concert dah, nyanyi mulu, udah gitu banyak lagu barunya lagi. Tapi di beberapa bagian emang nih film seru banget terutama teknik pengkameraannya keren. Nah, penonton kedua yang gw sorot adalah, ada 2 orang cowok yang duduk di belakang yang kayaknya fans beratnya Rolling Stones, itu sepanjang film diputer, ikut menyanyikan apa yang dinyanyiin Mick Jagger, terus pas lagu selesai dia ikut tepuk tangan kencang sambil teriak wuhuu…, nah, yang paling SOAB (SOk Asik Berat) jadi di film itu Mick Jagger memperkenalkan personil lain, dan saat sang gitaris diperkenalkan, dia teriak,tepuk tangan kencang terus berdiri dari kursinya, sambil mempraktekan gerakan menyembah.hahaha. gak tau ya mungkin buat beberapa orang dia itu ekspresif, buat beberapa orang dia itu fans berat, buat beberapa orang dia itu sok asik, buat beberapa orang dia itu lebay, dan buat BANYAK orang gw yakin dia itu GANGGU!!!hahahaha. intermezzo ya, gw jadi inget ceritanya Arie Dagienkz, jadi waktu itu dia nonton Beyonce, terus di sebelah dia ada cowok gendut, bergaya RnB, pake bling2 gitu ama ceweknya, terus setiap Beyonce selesai nyanyi satu lagu atau memperaktekan maneuver-manuver canggih dengan suaranya, pasti si bocah RnB ini selalu berteriak “You Go Be(baca:Bi)!!..yeah..You Go Be!!” hahaha,SOAB abizz!!

Aggh..akhirnya selesai juga petualangan menonton Jiffest gw, puas rasanya hampir di semua film yang gw tonton bagus dan tidak mengecewakan. Gw jadi sedikit protes dengan perkataan salah seorang teman gw (nama nya gw rahasiakan ya) anggep aja namanya Arnowo, jadi waktu itu dia sent wall ke gw begini “ah, ngiri gw gak bisa ke Jiffest jadi gak bisa nonton film2 indo yang katro tapi bisa masuk ke festival!!” gw sebenarnya gak menyalahkan, pendapat itu, karena memang ada beberapa film indo yang biasa aja (kalo gak mau dibilang jelek) yang bisa masuk Jiffest, tapi seharusnya hal itu bukan menjadi hal yang ditonjolkan, sebaiknya hal itu Cuma dijadikan pelengkap aja, karena sebagian besar film yang ditayangkan itu film yang sangat berkualitas dari berbagai Negara loh. Tapi gw yakin ucapan arnowo ini bercanda lo, karena dia itu pecinta film sejati, dia aja di Australy sering nonton film-film indie korea yang bahkan orang korea aja gak tau kalo film itu pernah dibuat.hahaha.

Kenapa gw protes dengan pendapat itu, karena saat gw menonton film2 di Jiffest ini, tak ada satu film pun yang gw tau judulnya, tapi dengan asal memilih Cuma berdasarkan jam penayangan, ternyata semua film yang gw tonton itu bagus banget, hal itu membuat gw berpikir bahwa di Jiffest ini tidak ada istilah “Membeli Kucing Dalam Karung” melainkan kalo di Jiffest istilah itu berubah menjadi “Membeli Berlian Dalam Karung” karena apapun yang kita dapat dalam karung itu pasti berlian, yang indah dan mengagumkan! Seperti film2 di Jiffest ini.. Mengagumkan! See you tahun depan, semoga resesi dunia mereda, sehingga Jiffest dapat diselenggarakan 10 hari lagi, dan semakin banyak film berkualitas yang didatangkan ke festival ini. Kurang lebihnya dalam penyelenggaraan itu biasa, karena kesempurnaan itu hanya milik Allah, dan cacat cela kekurangan adalah milik Dorce semata..kita ketemu lagi di Dorce Show..show..show..hahaha.See You!! You Go Jiffest, maju perfilm-an Indonesia!!

-Tamat-

Jumat, 12 Desember 2008

My Jiffest Experience (Part 2)

(Previously on My Jiffest Experience [Part 1])
Di hari Idul Adha Tgl 8 Desember, gw ke Jiffest. Saat gw mau membeli tiket Jiffest, oleh petugas penjual tiket, gw disodorkan beberapa pilihan film untuk ditonton, lalu gw memilih film Drupadi untuk ditonton, tapi sayang sekali ternyata tiket film Drupadi udah sold out, jadi film apakah yang akhirnya gw tonton??


KETIKA ISTILAH “BELI KUCING DALAM KARUNG”
BERUBAH JADI
“BELI BERLIAN DALAM KARUNG”
(Part 2)



“Jadi maunya apa mas??” sebuah suara lembut dari seorang wanita cantik terdengar. Lalu gw jawab “Es teh manis ama soto ayam nya 1 deh”.

Si mbak penjual tiket: “hah??maksudnya??”
Gw: “maaf mbak..salah ya..., salah mbak juga sih siapa suruh mukanya mirip kantin..huhu

Lalu gw mencoba memperbaiki kesalahan gw, dengan memilih dengan benar film yg mau gw tonton, akhirnya dengan pertimbangan waktu pemutaran film, akhirnya gw memilih 3 film untuk gw tonton yaitu:

1. Achilles and The Tortoise (senin jam 16.45)
2. Khuda Kay Liye (senin jam 19.15)
3. Shine a Light (selasa besoknya jam 16.45)

Dan untuk film gratisannya gw memilih nonton Quicky Express yg jam 14.00 hari senin.

Lalu gw mengatakan pilihan gw pada si mbak cantik, lalu gw membayar Rp.60ribu ke mbak penjaga tiket. Sebagai informasi tiket per film itu @Rp.20ribu, jadi untuk ukuran menonton di hari libur (libur Idul Adha-red) tiket 20ribu itu bisa dikatakan cukup murah loch, mengingat di Fx ini kalo Weekend dan hari libur nasional tiket bisa mencapai 35ribu rupiah, so kalo nonton Jiffest di hari libur ini, bisa dikatakan it’s kind of good deal, right??

Setelah gw menyelesaikan pembayaran tiket dan cipika-cipiki dengan penjaga tiketnya (Ngarep bgt!!!hahaha), gw langsung menunggu di ruang tunggu , duduk di kursi, tidur di tempat tidur dan boker di WC, ya iya lah...., sambil gw membaca catalog Jiffest untuk mengetahui synopsis dari film-film yang akan gw tonton nantinya. Hmm.. ternyata setelah gw baca katalognya, ternyata katalognya itu hanya menuliskan nama sutradara dan sedikit profilnya, durasi, prestasi film ini dan ringkasan kecil ceritanya, kenapa hanya menampilkan ringkasan kecil ceritanya, karena kalo menceritakan film nya full itu namanya bukan catalog, tapi NOVEL..hahaha. tapi honestly, gw malah senang dengan hal itu, karena dengan itu kita bisa menonton film tersebut dengan full of curiosity, dan hal itu justru membuat Jiffest ini terlihat lebih menarik.

Saat gw membaca catalog itu, gw melihat sinopsis film “Reprise”, wah, kelihatannya ceritanya menarik dan film ini masuk nominasi oscar 2007 untuk kategori film berbahasa asing terbaik, dan gw liat jadwal film tersebut ada hari ini (senin-red), tapi jam 21.45 , gw bimbang juga nih akhirnya, karena filmnya malem bgt boz..lalu gw mencoba menghitung waktu film tersebut, durasi film ini 100 menit, film dimulai pukul 21.45 jadi selesainya pukul 11.45 , wah I think I can still tolerance that. Secara belum nyampe jam 12 malem lah, maklum gw kan masih saudara jauh Cinderella ella..ella..e.e.e.

Gw hampiri lah meja tiketing, ternyata meja si mbak cantik udah ada yg nempatin, ahh..sayang sekali icuk..terpaksa lah gw duduk di depan penjual tiket yg berambut gondrong, si gondrong bertanya “Ada yang bisa dibantu mas..?” lalu gw jawab, “iya mas, tadi saya udah beli tiket..tapi ternyata saya mau menambah pilihan film saya..saya mau menambah film “Reprise” untuk saya beli”, lalu si gondrong menjawab “Kenapa tadi gak sekalian aja mas..??” dalam hati gw berkata “Udah bagus gw beli tiketnya,,emh..dasar gondrong..gondrong!! Gw kepang juga lo, terus gw masukin ke komik Henzel&Gretel biar ditangkep ama nenek sihir terus digoreng dijadiin sop kikil..!!”

Kembali lah gw ke ruang tunggu, sambil membaca2 katalog2 film yg mau gw tonton lagi (untuk kepentingan pen-ceritaan, catalog ttg film2 yg gw tonton gw tulis pas gw membahas film nya nanti saja ya,,), lalu gw menyadari bahwa hari ini berarti secara total gw akan menonton marathon 4 film (wow..), dimulai dari Quicky Express, Achilles and The Tortoise, Khuda Kay Liye dan Reprise secara berturut-turut..(Gokil!!) marathon film bok…!!tapi its okay lah..secara toh gw emang suka nonton juga, jadi yah itungan nya anggep aja lah lagi jalan2. ya menurut gw pergi ke Jiffest or bioskop itu, gak jauh beda ama pergi ke Dufan. Di dufan milih wahana, di bioskop milih film; si Dufan wahananya macem2 jenis, di bioskop filmnya macem2 jenis; dan di dua tempat itu toh kita mencari kesenangan kan??, bedanya saat nonton bioskop itu kita seperti sedang melakukan petualangan; petualangan dalam melihat sebuah cakrawala baru dari sebuah kehidupan yang dibuat orang lain dan petualangan dalam melihat sebuah kisah yang dapat mempermainkan emosi kita, dan mungkin kita dapat belajar dari film-film itu. Itu yang gak ada di Dufan.

Waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang, saatnya menonton, film yang akan gw tonton pertama adalah Quicky Express, ini filmnya Tora Sudiro, untuk film ini gw gak usah banyak cerita lah ya, udah pada tau pasti kalo film ini gokil abis, gw aja walau udah nonton yang kedua kalinya tetep masih ngakak nonton nya..hahaha. tapi kalo boleh gw mundur sedikit ya ceritanya, jadi tadi pagi sebelum kesini gw sarapan Roti tawar..ehh..maaf mundurnya kejauhan..sorry ulang ya..jadi sebelum masuk ruang bioskop kita jadi semacam ngantri gitu, karena di Jiffest ini tiketnya gak di nomorin, jadi yang duluan masuk gedung, dia dapat memilih tempat duduk sesuka maunya dia. Nah, setelah itu, saat jam film udah mulai, ada semacam MC gitu yang dengan mik andalannya selalu ada di awal sebelum pemutaran film, nah, pada saat gw mau nonton film ini si MC di studio gw ini, cowok berkulit gelap gitu, pake scarf, skinny jeans tapi kemayu banget bu..alias Cowok tapi kencingnya jongkok..yuukk..hahahaha. (juz info, sepanjang gw nonton jiffest ini, semua yg mc di awal film itu selalu dia orang ini..hahaha), kata2 dia selalu gini:

“Ladies and gentleman the movie that we will watch is (…) from the director (…), this movie is about (…) and this movie genre is (…), before the movie starts please turn off your mobile phone..lalu langsung dia mengulang kata2 diatas tapi dengan bahasa Indonesia…”
the point is he just repeated things that we can read from the catalog..hahaha, tapi its okay lah, toh kan banyak yang gak baca katalognya iya kan.. just let this guy do his function.

Hal menarik lain nya yang bisa dilihat before the movie starts, adalah cuplikan iklan tentang akan ditayangkannya secara serentak video klip band Nidji tgl 19 Desember, video klip yang dibuat oleh Chanel [V] ini adalah “Shadows” dan kebetulan lagu ini dipakai sebagai soundtrack serial Heroes season 3. bangga gak si loh bro.., model video klipnya juga Nicholas Saputra the Chanel [V] VJ himself, tapi lagunya emang keren sih.

“Shadows..shadows in the world we living on…” lagu Nidji ini masih terngiang di kepala gw saat film kedua yang mau gw tonton, udah akan mulai. Untuk film kedua ini gw sengaja membeli Nachos atau gw akan menyebutnya dengan Keripik Meksiko, nih keripik meksiko emang enak sih, Cuma dikit dan rada mahal boz..hehee, tapi udah lah, buat dimakan ini..hehehe.

Film kedua yang mau gw tonton adalah “Achilles and The Tortoise” film ini berasal dari Negara Jepang, diawal film dibuka dengan sebuah animasi yang menceritakan legenda Yunani tentang Achilles dan Tortoise, dimana Achiles si pelari tercepat di yunani berusaha mengejar Tortoise (si kura-kura), walau secara logika aturannya achilles bisa membalap kura-kura itu, tapi ternyata si Achilles itu, gak pernah bisa membalap si kura-kura, walaupun hanya beda tipis sekali. Hmm..sebuah intro yang cukup membuat penasaran…

Film ini bisa dikatakan sebuah “Black Comedy” yang sangat keren, atau mungin bahasa Indonesia nya mungkin Komedi Satir ya. Mengisahkan seorang pria bernama Machisu yang sebagian hidupnya sangat menyedihkan, dia ini punya bakat melukis yang sangat keren dari kecil. Cuma orang tidak pernah mengerti karya seninya, dan dia ini obsesif sekali untuk dapat membuat lukisannya dijual atau mendapat pengakuan, segala hal ditempuh bahkan sampai yang se-ekstrim sekalipun tapi tidak pernah dia bisa capai obsesi itu, karena lukisannya selalu ditolak oleh seorang curator yang (menurut gw) menyebalkan. Ironisnya, semua lukisan dia itu di masa depan justru menjadi sebuah karya seni yang luar biasa. Contoh, lukisan ikan yang dia buat semasa SD, sudah terpampang di sebuah museum seni di Jepang, karena semasa SD saat ayahnya bunuh diri, lukisannya disita oleh debt-collector dan (ada kemungkinan) lukisan dia ini dijual. Ada lagi lukisan, yang kata si curator bisa dibuat oleh siapapun, tapi tetep dia tahan, karena menurut dia siapa tau ada kedai kopi yg mau minta, ternyata lukisan itu pada akhirnya terpajang di sebuah restoran mewah di Jepang.

Gw gak terlalu ngerti lukisan, tapi gw rasa lukisan-lukisan di film ini yang ceritanya dibuat oleh tokoh ini dan dianggap “kurang seni”, dibuat berdasarkan lukisan-lukisan asli yang ngetop deh, karena lukisan-lukisan dan karya-karya seni itu keren2 bgt!!Gokil, jadi buat orang-orang yang ngerti seni dan lukisan, pasti saat menonton film ini bakal ngerasain bgt ironi dari cerita ini. Di film ini juga ada sekitar 7 adegan kematian dan 4 kematian diantaranya karena bunuh diri, mungkin si pembuat film (Takeshi Kitano), ingin menyoroti tradisi hara-kiri yang dulu dilakukan oleh orang Jepang, dan kini sering dilakukan oleh orang Jepang modern jika mereka merasa sudah menyerah dengan tantangan hidup yang ada. Lucunya lagi, si Machisu ini, yg justru keukeuh tanpa menyerah dan tidak bunuh diri, berusaha mencapai impian nya agar karya seninya diakui, eh ternyata, sampai jadi kakek2 dia gagal mencapai impiannya. Tapi kalo menurut gw sebenarnya impian dia untuk menjadi pelukis yang hebat, itu sudah tercapai, bahkan sejak dia kecil dia sudah mencapai nya. Kesalahan terbesar dia adalah dia meminta orang/manusia/curator gak penting yang sama2 makan sushi, untuk menilai apakah karya seninya layak atau tidak dikatakan karya seni berkualitas. Padahal karya seni dikatakan sangat baik, jika kita melakukan karya itu dengan hati kita, dengan soul kita, itu adalah karya seni yang baik dan karya seni yang baik juga adalah jika si artist bisa terhubung dengan karya yang dibuatnya. Bagaimana kita bisa meminta pendapat orang lain apakah karya kita bagus atau tidak, jika kita saja tidak bisa menilai karya kita bagus atau tidak.. how ironic…!! Tapi untungnya dia memiliki istri yang sangat baik, yang tidak hanya mengerti baik dan buruknya karya seninya, tapi juga mengerti baik buruknya diri Manchisu ini. I love the ending, but I love the whole movie even bigger. Film ini keren bgt!!cool…

Senyum puas terpampang di wajah gw, setelah selesai menonton film ini, penonton bertepuk tangan riuh usai film ini diputar, bahkan Mathias Muchuz si actor kondYang (pake Y gede) yang juga menonton film itu , pun seperti tak bisa menutup senyum di bibirnya.

“Wah, sekarang saatnya bersiap menonton film ke-tiga hari ini” ujar gw dalam hati dan dalam WC (saat gw mengatakan kata2 itu dalam hati, kebetulan gw lagi pipis), film ketiga yang akan gw tonton adalah sebuah film Pakistan yang berjudul “Khuda Kay Liye”

Apakah film ini bagus juga?? Bagaimanakah kisah penutup perjalanan Jiffest, Mikhael?? Dan apakah Mathias Muchus saat nonton Jiffest ini sambil makan Pop Corn atau Nachos? Jawabannya bisa anda dapat di notes berikutnya.. (To Be Continued)

My Jiffest Experience (Part 1)

KETIKA ISTILAH “BELI KUCING DALAM KARUNG” BERUBAH JADI
“BELI BERLIAN DALAM KARUNG”


Kenapa di judul yang gw buat menggunakan kata “KUCING”? yang pasti bukan karena semua kambing dan sapi hari ini sedang menuju ke surga, karena hari ini adalah hari Idul Adha (makan2 nih..). melainkan berhubungan dengan aktivitas menyenangkan yang gw lakukan di hari suci ini, apa itu?? (sabar..buru2 amat, kebelet boker emang??). Hari ini, gw mencoba mengistirahatkan diri gw dari berbagai kegiatan yang berhubungan dengan skripshit dan antek2 PKI nya, dengan pergi menonton Jiffest or Jakarta International film Festival. Jiffest bisa dikatakan salah satu festival film terbesar yang ada di Indonesia, dimana festival ini memutarkan film-film dari berbagai Negara (termasuk Indonesia, pastinya..), dengan berbagai genre, baik itu film documenter, film local, film internasional, film panjang, film pendek, film sedeng (ada gak ya??) dan masih banyak lagi. Penyelenggaraan tahun ini adalah tahun ke-10 dari festival ini, yang sedikit membedakan dari penyelenggaraan tahun ini yaitu penyelenggaran tahun ini menyusut menjadi hanya 5 hari, setelah biasanya penyelenggaraan bisa berlangsung selama kurang lebih 10 hari.

Kurang lebih pukul 1 siang gw sampai di Fx Platinum, dimana Fx menjadi salah satu lokasi Jiffest tahun ini selain di Blitz, Jakarta Theater dan beberapa pusat2 kebudayaan. Tapi saya rasa dengan analisis Kogoro Mouri yang mendalam, saya yakin paling banyak orang menonton Jiffest ya di Fx ini, hal itu dikarenakan lokasinya yang strategis di Sudirman dan berdasarkan pengamatan langsung bahwa ramai sangat peminat yang mencuba melihat movie-movie yang seronok (kok jadi Malaysia gini gw, buat yang bertanya2..suer yang menulis tulisan ini gw, bukan Ashraf Sinclair Citra Lestari!!) iya, yang datang menonton di Fx ini banyak banget!! Dan sepertinya rata dari semua kalangan, baik dari kalangan artis, socialite, anak gaul, anak biasa aje, anak angkoters dan Mikhael Tulus (sorry, im not included to those category, so I became a category itself, so special huh..), yah, tapi itu pendapat gw, kalo lo gak yakin dengan pendapat gw, yah..lo gak usah ngutip kata2 gw ini buat dimasukin di skripsi lo lah..hahaha (siapa tahu ada yg buat skripsi tentang Jiffest, dengan judul “Pengaruh Jiffest terhadap meningkatnya efek global warming”..who knows kan??) lagi pula kalo lo ngutip kata2 ini di skripsi lo, bingung entar buat footnote-nya..

Tiga orang menatap gw dari balik meja, 2 pria dan 1 wanita, si wanita berambut panjang, cantik dan berkulit putih, dan yang pria, satu gondrong dan satu lagi, cepak Dude Herlino, setelah melihat mereka gw langsung nyanyi lagu D’Masiv yg “Cinta ini Membunuhku” (ups..kok jadi kayak audisi Indonesian Idol..sorry..sorry..[Rewind…]),


Tiga orang menatap gw dari balik meja, 2 pria dan 1 wanita, si wanita berambut panjang, cantik dan berkulit putih, dan yang pria, satu gondrong dan satu lagi, cepak Dude Herlino, lalu si wanita bertanya dengan manis pada ku “Mau beli tiket jiffest ya?”, aduh..gw kalo udah ditanya dengan manis ama cewek cantik kayak gini, bawaannya mau minum cendol aja kayaknya..seger aja gitu..Ganti.., lalu dengan tak kalah manis gw menjawab “Iya..mbak..”, sembari gw menanyakan, bagaimana prosedur pembelian tiketnya, karena pembelian tiket di Jiffest ini agak sedikit berbeda dengan pembelian tiket di 21 or XXI atau bahkan di Blitz sekalipun. Ternyata sistemnya adalah mendaftar keanggotaan dengan mengisi formulir (gw yakin cara ini, dipakai untuk melihat berapa orang yang datang ke Jiffest ini selain juga untuk melihat berapa jumlah pemasukan yang didapat dari festival ini..). back to keanggotaan..jadi di kertas keanggotaan itu kita disuruh menulis nama, alamat, no telp dan film yang kita mau tonton, which is jadwal-jadwal film itu, sudah tertera di situ, dan kita bisa membeli tiket untuk hari besoknya juga lo, makanya di Jiffest ini berlaku patron “Earlier birds got the worm” (buat yg nekat juga mau masukin tulisan ini di skripsi nya, kata2 yg bahasa inggris itu, jgn lupa di miring-in/italic). Sampai disini apakah ada pertanyaan?

“Perkenalkan saya, Bapak Johny Chaniago dari Bukit Tinggi dan saya masih ada hubungan darah dikit ama Afghan (penting amat??). saya mau tanya, dalam bercerita tadi kok tiba-tiba cerita anda tiba-tiba udah langsung berhadapan dengan penjual tiket ya??”

Jawaban: “makasih pak Johny yang masih ada hubungan darah dikit ama Afghan, atas pertanyaannya..jadi kenapa saya tadi tiba-tiba bercerita langsung udah berhadap2an dengan penjual tiketnya, karena kalo saya tiba-tiba berhadap2an dengan penjaga foodcourt, itu berarti gw mau makan bukan mau nonton Jiffest..!!ada pertanyaan lagi pak Johny??”

“Ada!!..pembagian daging sapi nya dimulai jam berapa ya??”

-Emh..Capek dech!!!!-


(Lanjut..!!) lalu saya mulai melihat daftar film yang bisa saya pilih untuk ditonton hari ini, sebagai informasi, Fx ada 2 studio yang digunakan untuk menonton Jiffest, yaitu studio 1 dan 4. berikut jadwal film hari ini dan besok (8-12-08 dan 9-12-08):

Fx 1: Senin Selasa
14.00 Quicky Express (Free) 14.00 May(Free)
16.30 Drupadi 16.30 Reprise
19.00 (nothing) 19.00 Drupadi
21.30 Tokyo Sonata 21.30 Vicky Christina Barcelona
(Tempting kan film2nya..tunggu dulu liat dulu di studio 4..)

Fx 4: Senin Selasa
14.00 Perempuan Punya Cerita (Free) 14.00 lupa, yg pasti film gratisan
16.45 Achilles and The Tortoise 16.45 Shine a Light
19.15 Khuda Kay Liye 19.15 Tokyo Sonata
21.45 Reprise 21.45 Tropa De Elite


Saya mencoba berhati-hati dalam memilih film yang mau saya tonton, karena saya selalu mengingat tagline iklan PEMILU, yaitu “5 menit waktu memilih mu, menetukan 5 tahun nasib mu”, oke..tidak se-serius itu sih, tapi gw memang cukup cermat dalam memilih film yang gw mau tonton hari ini, walau memang gw yakin film yang ditampilkan semuanya bagus dan dari berbagai macam Negara. Pada saat gw melihat film2 nya, itu gw seperti berada di Gerai snack di Foodhall PIM, yaitu gw melihat semua snack itu, semua terlihat enak tapi gw gak tau sama sekali snack-snack itu, ya seperti itulah kira2 waktu gw liat film2 itu. Tapi ada satu film yang gembar-gembornya udah pernah gw denger, yaitu film “Drupadi”, film ini tentang kisah Mahabharata, yang dimainkan oleh Nic Saputra dan Dian Sastro dengan durasi yang pendek sekitar 45 menit. Setelah gw pertimbangkan, masak film mantan pacar sendiri (Dian Sastro-red) gak ditonton sih,(hihihi), lalu gw mulai membuka katup bibir gw untuk mengucapkan pilihan film pertama gw..-namun-..sekonyong konyong si mbak cantik penjual tiket seperti menghentikan gerak bibir gw dan seolah-olah berteriak seperti lagu Dewi Persik “STOP…Kau mencuri hatiku..hatiku..”, lalu si mbak berkata, “mas, semua film ini masih ada tiketnya kecuali Drupadi, Vicky Christina Barcelona dan Tokyo Sonata di hari selasa..”

Wah, padahal film2 ini termauk film yang pengen gw tonton lo, Vicky Christina Barcelona itu film nya Penelope Cruz (anggota MPMS [Mantan Pacar Mikhael Society] juga), sepertinya keren, tapi gw memang gak ada rencana nonton itu, karena selain tayangnya malam banget, dan gw perkirakan film itu toh (sepertinya) akan masuk 21 Cineplex juga. Untuk Tokyo Sonata, ini sebenarnya part of my plan, sebenarnya di hari senin tiket Tokyo Sonata masih ada, tapi malem banget boz, makanya gw udah plan mau nonton yang selasa jam 7, tapi sayang abis juga!! Akhirnya dengan itu gw memutuskan untuk melihat ulang daftar film yang tersedia, dan gw mencoba dengan cermat melihat film2 yang ada, karena bagaimanapun dalam milih tontonan gw gak mau kan memilih kucing dalam karung…

So..apakah film yang akhirnya gw tonton..? apakah gw saat nonton ini seperti membeli kucing dalam karung? atau bagaimana isi cerita film2 itu dan apakah saipul jamil kembali pada dewi persik?? Semua itu dapat dilihat di notes berikutnya…(To Be Continued…)